Djawanews.com – Para pemimpin negara-negara BRICS mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk serangan Israel ke Jalur Gaza dan Iran, sekaligus menyoroti isu-isu perdagangan global dan perubahan iklim dalam KTT di Brasil, Minggu, 6 Juli.
"BRICS kembali bertemu di Brasil," tulis Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dalam unggahan di media sosial X, seperti dikutip 7 Juli.
"Dengan jumlah penduduk hampir setengah dari populasi dunia, kami bertanggung jawab atas 40 persen kekayaan yang dihasilkan di planet ini. Dengan masuknya anggota baru, kami memperkuat Global South dan memperkuat suara negara-negara berkembang," lanjutnya.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Minggu sore, para pemimpin yang berkumpul menyebut serangan terhadap "infrastruktur sipil dan fasilitas nuklir damai" Iran sebagai "pelanggaran hukum internasional," dikutip dari Reuters.
Kelompok tersebut menyatakan "kekhawatiran besar" terhadap rakyat Palestina atas serangan Israel di Gaza, dan mengutuk apa yang disebut pernyataan bersama sebagai "serangan teroris" di Kashmir yang dikelola India.
Mengenai perdagangan, pernyataan bersama tersebut memperingatkan bahwa kenaikan tarif mengancam perdagangan global, melanjutkan kritik terselubung kelompok tersebut terhadap kebijakan tarif AS Trump.
Kelompok tersebut menyuarakan dukungannya bagi Ethiopia dan Iran untuk bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia, sambil menyerukan untuk segera memulihkan kemampuannya dalam menyelesaikan sengketa perdagangan.
Pernyataan bersama para pemimpin mendukung rencana untuk menguji coba inisiatif Jaminan Multilateral BRICS dalam New Development Bank kelompok tersebut guna menurunkan biaya pembiayaan dan meningkatkan investasi di negara-negara anggota, sebagaimana pertama kali dilaporkan oleh Reuters minggu lalu.
Dalam pernyataan terpisah menyusul diskusi tentang kecerdasan buatan, para pemimpin menyerukan perlindungan terhadap penggunaan AI yang tidak sah untuk menghindari pengumpulan data yang berlebihan dan memungkinkan mekanisme pembayaran yang adil.
Brasil, yang juga menjadi tuan rumah KTT iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Bulan November, telah memanfaatkan kedua pertemuan tersebut untuk menyoroti betapa seriusnya negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim.