Djawanews.com – Sebanyak 27 monyet dibunuh oleh Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) dalam satu hari. Langkah tersebut dilakukan di sebuah laboratorium yang berada di California, AS, tahun 2019 silam.
Monyet-monyet itu dibunuh dengan cara eutanasia, yakni pencabutan kehidupan manusia atau hewan tanpa atau hanya menimbulkan sedikit rasa sakit. Cara tersebut biasanya berupa suntikan.
Dilansir dari The Guardian, berdasarkan sebuah dokumen diketahui bahwa seluruh monyet itu mati karena obat yang diberikan peneliti NASA di pusat penelitian Ames di Silicon Valley, California, pada 2 Februari 2020.
Pembunuhan monyet itu didasari atas alasan karena sudah tua, sedangkan 21 di antaranya menderita penyakit Parkinson. Meski demikian tindakan NASA dikecam oleh banyak pihak. Bahkan Perwakilan parlemen AS, Kathleen Rice menuntut penjelasan atas kematian monyet itu pada Jim Bridenstine, administrator NASA.
Dalam laporan Futurism dikatakan bahwa semua monyet yang mati itu sebelumnya dirawat oleh perusahaan penelitian obat LifeSource BioMedical. Monyet itu juga bukan jadi bagian dalam penelitian apapun.
CEO LifeSource BioMedical Stephanie Solis juga menjelaskan bahwa pihaknya hanya merawat hewan yang diserahkan oleh NASA. Mereka juga memberikan sejumlah perawatan kepada para monyet dengan anggaran sendiri.
"Sampai usia lanjut mereka dan kesehatan yang menurun menghasilkan keputusan untuk secara manusiawi eutanasia untuk menghindari kualitas hidup yang buruk," jelas Solis.
Selain berita terkait NASA, dapatkan berita teknologi dan sains lain dengan mengunjungi situs Warta Harian Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.