Djawanews.com—Anak-anak tergolong kebal terhadap Covid-19, namun belakangan ini banyak dilaporkan kasus sakit berat pada anak dengan gejala-gejala sindrom kawasaki. Gejala radang misterius, berupa peradangan pembuluh darah, demam tinggi selama beberapa hari dan bercak merah pada kulit.
Gejala, Sejarah, dan Pengobatan Sindrom Kawasaki
Anak-anak usia antara 5 hingga 14 tahun, makin banyak dilaporkan mengeluhkan gejala sakit berat yang mirip sindrom kawasaki. Di seluruh Eropa dilaporkan 230 kasus pada anak hingga usia 14 tahun, sementara di kawasan titik panas virus corona di AS, yaitu New York, para dokter melaporkan lebih dari 500 kasus.
Beberapa ahli menyebut adanya kemungkinan kasus ini berkorelasi dengan infeksi SARS-Cov-2. Namun gejala mirip sindrom Kawasaki juga bisa dipicu empat jenis virus SARS lainnya yang sudah dikenal atau virus Rhino.

Ilustrasi kasus sindrom kawasaki pada anak (theconversation.com)
Gejala-gejalanya berupa peradangan pembuluh darah, demam tinggi selama beberapa hari dan bercak merah pada kulit. Selain itu juga sakit perut atau lambung, vaskulitis atau radang pembuluh darah yang bisa memicu radang jantung, pembengkakan kelenjar limfa, pembengkakan lidah, bibir pecah-pecah dan radang selaput mata. Sindrom peradangan beragam itu bisa memicu kegagalan fungsi organ tubuh penting.
Dinamakan sindrom kawasaki karena sindrom penyakit multiradang ini mula-mula diamati dan dilaporkan oleh dokter anak Tomisaku Kawasaki dari rumah sakit Palang Merah di Tokyo pada tahun 1967.
Kawasaki mengamati kasus langka pertamanya tahun 1961, pada seorang pasien anak berusia 4 tahun, yang gejalanya tidak bisa dikategorikan pada penyakit yang sudah dikenal. Dalam kurun waktu 6 tahun berikutnya, dokter ahli pediatri ini mengamati dan menangani sejumlah kasus serupa.
Selanjutnya laporan ilmiah Kawasaki di sebuah jurnal ilmiah Jepang dari tahun 1967 ditindaklanjuti pemerintah di Tokyo pada 1970 dengan membentuk komisi penelitian yang dipimpin Kawasaki. Karena itulah istilah sindrom Kawasaki mencuat.
WHO menggolongkan sindrom kawasaki sebagaipenyakit langka, dengan prevalensi hanya rata-rata 10 kasus per 100.000 anak. Berdasarkan penelitian, penyakit peradangan berat pada anak-anak, terutama menyerang balita. Efek merugikan pada organ tubuh bisa bersifat permanen, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Melihat hal di atas, pengobatan sindrom Kawasaki harus diberikan sedini mungkin, untuk mencegah kerusakan permanen organ tubuh. Dokter biasanya memberikan obat kombinasi imunoglobulin, asam salisilat dan atau kortiskosteroid. Target pengobatan terutama untuk mengurangi radang dan mencegah mengerutnya arteri jantung.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.