Djawanews.com – Salah satu tujuan dari Omnibus Law UU Cipta Kerja adalah mendorong laju investasi guna membuka lapangan kerja baru. Akan tetapi, menurut Faisal Basri, Ekonom INDEF, investasi di Indonesia tak ada masalah yang mendasar.
"Investasi kita baik-baik saja, walaupun tidak spektakuler," ungkap Faisal dalam “Mata Najwa” bertajuk “Mereka-Reka Cipta Kerja: UU Cipta Kerja untuk Siapa?”, dikutip Kamis (08/10/2020).
Bukan sekadar aman, Faisal menjelaskan bahwa capaian investasi Indonesia bahkan lebih tinggi dari negara-negara lain, seperti Malaysia, Thailand, China, Afrika Selatan, dan Brazil. Capaian investasi Tanah Air, menurut Faisal, bahkan hampir sama dengan India dan kalah dari Vietnam.
Lebih lanjut, Faisal mengatakan bahwa peran investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) tercatat paling tinggi ada pada era Presiden Jokowi, yaitu sekitar 34% dari PDB.
"Indonesia tertinggi di Asean, lebih tinggi dibandingkan negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kita juga masuk top 20 penerima investasi. Vietnam saja tidak masuk," lanjutnya.
Masalah dari investasi Indoensia, tambah Faisal, adalah sedikitnya hasil, padahal investasi yang masuk jumlahnya banyak. Ia mengatakan bahwa rasio Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia tinggi, ini menujukkan tingkat efisiensi dari investasi masih rendah. Ia mengatakan, ICOR Indonesia saat ini tertinggi di Asean.
“Yang masalah hasilnya kecil. Kenapa? Ibaratnya kita itu makan bergizi tapi berat badannya nggak naik. Banyak cacing, itu korupsi, bikin investor luar negeri dan dalam negeri sakit kepala dan birokrasi pemerintah tidak efisien,” tegas Faisal.
Jika Anda ingin mendapatkan informasi terkini lain tekait ekonomi, bisnis, perkembangan pasar, dan dunia usaha, ikuti terus Warta Harian Nasional Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik, jangan lupa ikuti Instagram @djawanescom.