Djawanews logo
×
  • Masuk
  • Berita Hari Ini
  • Bisnis
    • Entrepreneur
    • Market
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Infotainment
    • Inspirasi
    • Kesehatan
    • Relationship
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sport
  • Teknologi
  • Travel
  • Serba-serbi
  • Kriminal
  1. Home
  2. Bisnis
Amerika Cs Bakal Keluarkan Rusia dari SWIFT, China Bisa Panen Cuan?
Presiden Xi Jinping dan Presiden Vladimir Putin (insider.com)

Amerika Cs Bakal Keluarkan Rusia dari SWIFT, China Bisa Panen Cuan?

MS Hadi
MS Hadi 02 Maret 2022 at 02:49pm

Djawanews.com – Rusia bakal dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank. Hal itu sudah direncanakan Amerika Serikat (AS) dan Negara Barat lainnya.

Adapun jumlah bank yang akan dikeluarkan dari SWIFT memang belum dirilis, tetapi dampaknya sudah masif. Nilai tukar rubel jeblok puluhan persen di pekan ini melawan dolar AS.

Ke depannya, jika memang benar Rusia diputus dari SWIFT maka ekspornya diperkirakan akan merosot tajam.

Mengutip CNBC Indonesia, Rusia sebenarnya sudah mengantisipasi pemutusan SWIFT sejak 2014 lalu ketika menyerang Ukraina dan mencaplok wilayah Krimea. Rusia membuat alternatif baru yaitu dengan System for Transfer of Financial Messages (SPFS).

Hingga Februari 2020, tercatat ada lebih dari 400 bank Rusia yang sudah bergabung dengan platform tersebut. Jauh melebihi jumlah bank Rusia yang bergabung dengan SWIFT di angka sekitar 300 bank.

Namun hanya ada belasan bank-bank negara lain yang tergabung dalam sistem tersebut termasuk 1 bank asal China. Sehingga platform SPFS juga tak akan banyak membantu Rusia.

China kini dikabarkan sedang mengamati situasi tersebut. Pemutusan Rusia dari SWIFT diperkirakan membuat platform sejenis buatannya Cross-Border Interbank Payment System (CIPS) akan semakin terakselerasi penggunaannya. Jika itu terjadi, penetrasi mata uang yuan ke dunia internasional akan semakin dalam.

Mengutip South China Morning Post (SCMP), CIPS dirilis pada Oktober 2015 melayani pembayaran internasional dengan menggunakan yuan serta sistem kliring yang mengkoneksikan bank partisipan baik onshore maupun offshore.

Baca Juga:
  • Waspada Penipuan COD! Begini Cara Hindari Paket Palsu yang Dikirim ke Alamat Anda
  • Pemerintah Tambah Bansos pada Juni–Juli, KPM Dapat Rp400 Ribu dan 20 Kg Beras
  • QRIS Bisa Digunakan di Jepang dan China Mulai 17 Agustus 2025

Jika Rusia juga menggunakan CIPS sebagai alternatif, maka penggunaan yuan tentunya akan meningkat drastis. Nilai ekspor Rusia pada tahun 2021 lalu diestimasikan seebsar US$ 490 miliar dengan impor US$ 304 miliar.

Saat ini, data dari SWIFT menunjukkan penggunaan yuan China dalam pembayaran internasional di bulan Januari lalu hanya 3,2%, sangat jauh dibandingkan dolar AS sebesar 39,92% dan euro sebesar 36,56%.

Penggunaan yuan bahkan masih di bawah poundsterling sebesar 6,3%, padahal China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.

Meski demikian penggunaan CIPS dilaporkan melonjak pada 58% pada periode Januari - November 2021 menjadi 2,68 juta transaksi. Nilai transaksinya mencapai 64 triliun yuan atau meroket 83%, melansir SCMP.

Saat awal peluncuruan di 2015, hanya ada 19 bank yang menggunakan CIPS, 11 bank China dan sisanya bank asing. Pada Januari tahun ini, CIPS dilaporkan sudah memiliki 1.280 pengguna di 102 negara, terdiri dari 75 bank dengan partisipasi langsung, dan 1.205 partisipasi tidak langsung.

Pengguna CIPS secara internasional tersebut jauh lebih banyak daripada platform SPFS milik Rusia, meski masih kalah jauh ketimbang SWIFT.

Selain akan memutus SWIFT dari Rusia, Amerika Serikat dan Sekutu juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri.

Cadangan devisa Rusia saat ini sebesar US$ 643 miliar, yang sebagian besar ditempatkan di bank sentral AS, Eropa dan China dengan estimasi sekitar US$ 492 miliar, melansir Forbes.

Pembekuan aset tersebut membuat bank sentral Rusia tidak bisa menggunakan cadangan devisanya, guna menstabilkan nilai tukar rubel. Alhasil, nilai tukar rubel sempat jeblok hingga lebih dari 30% di awal pekan ini, ke atas RUB 110/US$.

Jebloknya nilai tukar rubel tersebut memicu rush money atau penarikan uang secara serentak sejak Senin, warga Rusia bahkan memborong valuta asing. Bloomberg melaporkan warga Rusia bahkan memborong dolar AS meski beberapa bank menjual dengan harga sekitar 30% lebih tinggi ketimbang posisi penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.

Rush money tersebut dan aksi beli dolar AS membuat nilai tukar rubel kembali sempat jeblok lagi lebih dari 15% ke RUB 117/US$ yang lagi-lagi menjadi rekor terlemah sepanjang sejarah.

Sementara itu dampaknya terhadap ekspor bisa mencontoh Iran yang kehilangan akses ke SWIFT pada 2012. Melansir Forbes ekspor Iran langsung jeblok hingga 52% setelah dikeluarkan dari SWIFT.

Di tahun 2021, ekspor Rusia diestimasikan senilai US$ 490 miliar dengan impor US$ 304 miliar. Akses SWIFT sendiri banyak digunakan oleh sektor minyak dan gas.

Menurut bank sentral Rusia, ekspor minyak mentah berkontribusi sebesar 38% dari total ekspor atau senilai US$ 184 miliar, dan gas berkontribusi sebesar 12% atau senilai US$ 56 miliar. Total nilai ekspor keduanya sebesar US$ 240 miliar.

Jika melihat dampaknya ke Iran yang ekspornya jeblok hingga 50%, maka nilai ekspor migas Rusia bisa merosot menjadi US$ 120 miliar. Itu baru dari sektor migas, belum ekspor yang lainnya.

Meski demikian, Amerika Serikat hingga Eropa terutama Jerman diperkirakan juga akan kena dampak buruknya. Sehingga AS dan Sekutu kemungkinan akan berhati-hati memutus SWIFT dari Rusia.

"Amerika Serikat dan Jerman menjadi dua negara yang paling dirugikan jika Rusia terputus dari SWIFT, sebab keduanya paling sering menggunakan SWIFT untuk berkomunikasi dengan perbankan Rusia," tulis Maria Shagina ahli sanksi internasional, dalam sebuah artikel untuk Carnegie Moscow Center tahun lalu, sebagaimana dikutip dari CBC, Minggu 27 Februari.

Selain itu, pasokan minyak mentah dan gas yang terganggu dari Rusia bepotensi membuat harga kedua komoditas energi tersebut meroket. Hal ini berisiko membuat inflasi semakin terakselerasi, dan bisa berdampak buruk bagi perekonomian Amerika Serikat dan Eropa yang sedang menghadapi masalah tingginya inflasi.

Bagikan:
#BISNIS#djawanews#INTERNASIONAL#amerika serikat#Swift#china#RUSIA#rusia keluar swift

Berita Terkait

    Waspada Penipuan COD! Begini Cara Hindari Paket Palsu yang Dikirim ke Alamat Anda
    Bisnis

    Waspada Penipuan COD! Begini Cara Hindari Paket Palsu yang Dikirim ke Alamat Anda

    Djawanews.com – Maraknya belanja online di era digital harus diwaspadai dengan meningkatnya modus penipuan berkedok pengiriman paket Cash on Delivery (COD). Belakangan, banyak konsumen menerima paket COD ....
    MS Hadi
    MS Hadi
  • Pemerintah Tambah Bansos pada Juni–Juli, KPM Dapat Rp400 Ribu dan 20 Kg Beras
    Bisnis

    Pemerintah Tambah Bansos pada Juni–Juli, KPM Dapat Rp400 Ribu dan 20 Kg Beras

    MS Hadi 03 Jun 2025 12:10
  • QRIS Bisa Digunakan di Jepang dan China Mulai 17 Agustus 2025
    Bisnis

    QRIS Bisa Digunakan di Jepang dan China Mulai 17 Agustus 2025

    MS Hadi 25 May 2025 10:09
  • Pemerintah Batasi Promo Gratis Ongkir Belanja Online Maksimal 3 Kali Sebulan
    Bisnis

    Pemerintah Batasi Promo Gratis Ongkir Belanja Online Maksimal 3 Kali Sebulan

    Djawanews.com – Fitur gratis ongkos kirim (ongkir) yang bisa dibilang menjadi daya tarik utama belanja online kini dibatasi pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permenkominfo) Nomor 8 ....
    MS Hadi
    MS Hadi
  • Sri Mulyani Pastikan Efisiensi Anggaran Berlanjut dalam APBN 2026
    Bisnis

    Sri Mulyani Pastikan Efisiensi Anggaran Berlanjut dalam APBN 2026

    MS Hadi 21 May 2025 09:00
  • Penjelasan Rosan Roeslani soal Investasi LG Korea Selatan di Indonesia
    Bisnis

    Penjelasan Rosan Roeslani soal Investasi LG Korea Selatan di Indonesia

    MS Hadi 24 Apr 2025 12:03

Anda Harus Tahu

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?
Kesehatan

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda
Lifestyle

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar
Lifestyle

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android
Teknologi

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!
Lifestyle

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan
Kesehatan

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan

Pilihan Editor

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien
Berita Hari Ini

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya
Berita Hari Ini

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said
Berita Hari Ini

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD
Berita Hari Ini

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa
Berita Hari Ini

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa
Berita Hari Ini

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa

Follow Google News Kami: Djawanews logo
Djawanews logo
Tentang Kami Kontak Kami Privacy Policy Redaksi Pedoman Media Siber Karir
fb
tw
ig
© Copyright 2025 Djawanews Media Utama
arrow-up