Djawanews logo
×
  • Masuk
  • Berita Hari Ini
  • Bisnis
    • Entrepreneur
    • Market
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Infotainment
    • Inspirasi
    • Kesehatan
    • Relationship
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sport
  • Teknologi
  • Travel
  • Serba-serbi
  • Kriminal
  1. Home
  2. Berita Hari Ini
“Squid Game” Jadi Cerminan Problem Hutang Rumah Tangga Masyarakat Korsel

“Squid Game” Jadi Cerminan Problem Hutang Rumah Tangga Masyarakat Korsel

Usman Mahendra
Usman Mahendra 03 November 2021 at 12:44pm

Dilansir dari blog.netray.id: Dari sekian banyak faktor yang membuat serial Netflix “Squid Game” fenomenal, salah satunya adalah karena cerita yang relatable. 456 peserta lomba permainan anak mematikan tersebut adalah orang-orang yang mengalami kesulitan finansial. Mereka terpaksa bertahan hidup demi memenangkan hadiah uang sebesar 45,6 miliar won atau setara Rp 549 miliar. Sebuah pertaruhan yang setimpal agar terbebas dari masalah ekonomi.

Banyak pihak menilai apa yang terjadi di dalam “Squid Game” adalah cerminan masyarakat Korea Selatan dewasa ini. Tak sedikit anggota masyarakat Korea Selatan, terutama yang tinggal di kota besar, seperti Seoul harus mendapati dirinya bercokol di level terbawah dari sebuah piramida sosial. Sederet permasalahan ekonomi memburamkan masyarakat di tengah gemerlapnya budaya K-pop.

Kritik atas Representasi Korsel di Serial Squid Game

Pemantauan pemberitaan media massa Netray menunjukan sejumlah artikel yang membahas kritik sosial dengan memanfaatkan popularitas serial “Squid Game”. Salah satunya datang dari pemerintah Korea Utara yang selama ini dipandang sebagai antitesis masyarakat Korsel. Pemerintah Korut menyebutkan bahwa “Squid Game” adalah gambaran kehidupan di Korsel yang menderita.

(sumber: dashboard Netray)
(sumber: dashboard Netray)
(sumber: dashboard Netray)

Selain itu media Korut, yang dikelola olah negara, menuliskan apabila serial tersebut menunjukkan bobroknya budaya kapitalis di mana kaum tak berduit diperlakukan tak ubahnya seperti pion catur orang-orang kaya. Komentar bahkan datang dari pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un yang menilai “Squid Game” sesuai dengan penggambaran masyarakat Korsel yang kurang ajar dan dekat dengan korupsi.

squid game
(sumber: dashboard Netray)

Apabila media asing turut mengangkat analisis “Squid Game” sebagai cerminan masyarakat Korea Selatan, media massa di dalam negeri menampilkan kontrasnya. Hampir tidak ditemukan karya original dari jurnalis Indonesia yang membahas isu ini. Media Indonesia seperti ikut merayakan keberhasilan “Squid Game” bersama aksi masyarakat kala memparodikannya ke dalam sejumlah kesempatan.

(sumber: pencarian Google)
(sumber: dashboard Netray)

Hutang Rumah Tangga Masyarakat Korsel

Salah satu indikator permasalahan ekonomi masyarakat adalah hutang rumah tangga. Pada bulan Desember 2020, hutang rumah tangga penduduk Korsel mencapai 106,6% GDP atau sekitar 1,74 miliar dolar AS (sumber: ceicdata.com). Hutang tersebut harus ditanggung oleh setidaknya 51,2 juta penduduk Korsel di tahun 2020. Dengan asumsi bahwa kelompok sosial tertentu akan menerima dampak lebih besar dari situasi ini ketimbang kelompok yang lain.

(sumber: ceicdata.com)

Sebut saja anggota masyarakat yang mengambil kredit untuk memiliki rumah sebagai tempat tinggal. Ternyata nilai kredit perumahan pada tahun 2018 saja bahkan sudah mencapai 1,32 miliar dolar AS, atau 75,9% dari total hutang rumah tangga Korsel saat ini. Harga properti yang terus merangkak disinyalir menjadi penyebab utama mengapa masyarakat Korsel harus menanggung hutang sebesar ini.

Sebagai contoh harga properti yang semakin mahal, antara lain berada di distrik Nowon-gu, Dobong-gu, dan Gangbuk-gu. Ketiga distrik ini mengalami peningkatan harta tertinggi yakni pada kisaran 21,7%. Sedangkan untuk distrik yang terlebih dulu terkenal mahal seperti Gangnam-gu dan Seocho-gu, keduanya mengalami peningkatan sebesar 13,8%. Apabila digunakan sebagai perspektif, harga properti di distrik Gangnam-gu dapat mencapai angka 81,4 juta won untuk setiap 3,3 meter perseginya. Atau jika pembaca menginginkan apartemen berukuran 85 meter persegi di distrik Gangnam, terlebih dahulu harus menyiapkan dana sebesar 24,3 miliar rupiah.

Demografi Masyarakat Seoul Terdampak Hutang Rumah Tangga

Lantas bagaimana dengan penduduk Seoul sendiri? Secara rata-rata, pendapatan penduduk Seoul adalah 4,3 juta won setiap bulannya. Sedangkan pengupahan di Seoul terendah bisa hanya sebesar 1,1 juta won dan tertinggi rata-rata mencapai 19,5 juta won (sumber: salaryexplorer.com). Lebih spesifik lagi 50% pekerja berpendapatan 4,3 juta won atau kurang, sedangkan 75% pekerja memiliki penghasilan 10,8 juta won atau kurang. Hanya sebagian kecil yang memiliki pendapatan di antara 10,8 hingga 19,5 juta won perbulan.

(sumber: salaryexplorer.com)

Yang artinya butuh 40 tahun lebih bagi penduduk Seoul berpenghasilan rata-rata apabila ingin membeli apartemen berukuran luas 85 meter persegi di distrik Gangnam-gu. Itu pun pendapatan mereka harus dikurangi lagi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Tentu mereka lebih memilih distrik lain yang harga propertinya masih terjangkau sebagai tempat tinggal.

Kaum muda biasanya memiliki juga peluang yang lebih besar apabila mereka terpaksa harus membeli tempat tinggal secara kredit. Pasalnya mereka tergolong usia produktif dan jauh dari usia pensiun. Penduduk Seoul sendiri diestimasikan sebanyak hampir 10 juta jiwa pada tahun 2021 ini.

Meskipun Korea Selatan adalah negara yang sangat maju dalam bidang ekonomi, secara sosial budaya masyarakat Korsel masih menghadapi permasalahan konservatisme. Cara pandang kuno seperti patriarkis masih menggejala di dalam masyarakat. Hal ini semakin memperburuk keadaan bagi kelompok minoritas di Korea Selatan. Proporsi penerimaan upah antara pekerja laki-laki dan perempuan terasa masih timpang untuk pekerjaan yang sama.

(sumber: seekpng.com)

Dari laporan yang ditulis Bloomberg, bahwa kaum pekerja perempuan di Korea Selatan berpenghasilan 30% lebih sedikit daripada pekerja laki-laki. Pandangan bahwa laki-laki adalah pemimpin keluarga dan perempuan hanyalah pendukung ekonomi keluarga dinilai menjadi alasan utama diskriminasi. 

Penutup

“Squid Game” menjadi serial fenomenal salah satunya karena menjadi representasi masyarakat Korea Selatan dewasa ini. Hutang rumah tangga yang sebagian besar bersumber pada kredit perumahan menjadi permasalahan ekonomi yang menghimpit banyak penduduk Kota Seoul. Harga properti yang terus melambung di sebagian besar distrik semakin tak terjangkau dengan sistem pengupahan berbasis gender.

Simak laporan isu-isu fenomenal lainnya di blog Netray.

Bagikan:
#ekonomi#hutang rumah tangga#KIM JONG UN#korsel#PERUMAHAN#Squid Game

Berita Terkait

    Kenapa Indonesia Perlu Energi Nuklir untuk Mendukung Industrialisasi?
    Berita Hari Ini

    Kenapa Indonesia Perlu Energi Nuklir untuk Mendukung Industrialisasi?

    Dalam menghadapi tantangan industrialisasi dan kebutuhan energi yang semakin meningkat, Indonesia harus mengeksplorasi lebih lanjut sumber energi yang dapat mendukung pertumbuhan industri dalam jangka panjang. Salah satu ....
    Saiful Ardianto
    Saiful Ardianto
  • Pertamina Bakal Beri Dukungan Energi Bersih Lewat Energi Panas Bumi, Kenapa?
    Berita Hari Ini

    Pertamina Bakal Beri Dukungan Energi Bersih Lewat Energi Panas Bumi, Kenapa?

    Saiful Ardianto 01 Aug 2025 12:11
  • Energi Mineral Festival 2025: Rumah Besar bagi Ekosistem Energi Nasional?
    Berita Hari Ini

    Energi Mineral Festival 2025: Rumah Besar bagi Ekosistem Energi Nasional?

    Saiful Ardianto 31 Jul 2025 15:10
  • PLTA Kalla Group: Proyek Energi Terbarukan di Kerinci Bakal Segera Beroperasi?
    Berita Hari Ini

    PLTA Kalla Group: Proyek Energi Terbarukan di Kerinci Bakal Segera Beroperasi?

    Salah satu perusahaan besar di Indonesia, PLTA Kalla Group menargetkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kerinci, Jambi, akan mulai beroperasi pada November 2025. Dengan kapasitas produksi ....
    Saiful Ardianto
    Saiful Ardianto
  • Kerjasama Impor Energi: Indonesia dan AS Sepakati Kesepakatan 15 Miliar Dolar AS
    Berita Hari Ini

    Kerjasama Impor Energi: Indonesia dan AS Sepakati Kesepakatan 15 Miliar Dolar AS

    Saiful Ardianto 29 Jul 2025 11:03
  • Pembatasan LPG 3 Kg: Dampak Kebijakan “Amburadul” terhadap Ekonomi Kelas Menengah?
    Berita Hari Ini

    Pembatasan LPG 3 Kg: Dampak Kebijakan “Amburadul” terhadap Ekonomi Kelas Menengah?

    Saiful Ardianto 28 Jul 2025 14:46

Anda Harus Tahu

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?
Kesehatan

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda
Lifestyle

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar
Lifestyle

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android
Teknologi

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!
Lifestyle

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan
Kesehatan

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan

Populer

Pembatasan LPG 3 Kg: Dampak Kebijakan “Amburadul” terhadap Ekonomi Kelas Menengah?
Berita Hari Ini

1

Pembatasan LPG 3 Kg: Dampak Kebijakan “Amburadul” terhadap Ekonomi Kelas Menengah?

Pembatasan LPG 3 Kg: Dampak Kebijakan “Amburadul” terhadap Ekonomi Kelas Menengah?
Berita Hari Ini

2

Pembatasan LPG 3 Kg: Dampak Kebijakan “Amburadul” terhadap Ekonomi Kelas Menengah?

PLTA Lapopu Dukung Perluasan Instalasi Listrik di Sumba Barat, Ini Manfaatnya!
Berita Hari Ini

3

PLTA Lapopu Dukung Perluasan Instalasi Listrik di Sumba Barat, Ini Manfaatnya!

Kerjasama Impor Energi: Indonesia dan AS Sepakati Kesepakatan 15 Miliar Dolar AS
Berita Hari Ini

4

Kerjasama Impor Energi: Indonesia dan AS Sepakati Kesepakatan 15 Miliar Dolar AS

Kenapa Indonesia Perlu Energi Nuklir untuk Mendukung Industrialisasi?
Berita Hari Ini

5

Kenapa Indonesia Perlu Energi Nuklir untuk Mendukung Industrialisasi?

Pilihan Editor

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien
Berita Hari Ini

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya
Berita Hari Ini

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said
Berita Hari Ini

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD
Berita Hari Ini

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa
Berita Hari Ini

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa
Berita Hari Ini

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa

Follow Google News Kami: Djawanews logo
Djawanews logo
Tentang Kami Kontak Kami Privacy Policy Redaksi Pedoman Media Siber Karir
fb
tw
ig
© Copyright 2025 Djawanews Media Utama
arrow-up