YOGYAKARTA - Pemerintah menargetkan baterai PLTA Cisokan beroperasi pada 2027. Proyek ini menggunakan teknologi pumped storage hydropower dengan kapasitas 4x260 megawatt. Teknologi tersebut memungkinkan listrik disimpan layaknya baterai raksasa yang siap digunakan saat beban puncak kelistrikan.
Kepala Badan Pengembangan SDM ESDM, Prahoro Yulianto Nurtjahyo menyebutkan PLTA Cisokan mampu memperkuat keandalan sistem Jawa-Bali. Air dari bendungan di perbatasan Bandung Barat–Cianjur akan dialirkan melalui turbin saat permintaan tinggi, lalu dipompa kembali ke hulu ketika beban rendah.
Dengan biaya investasi mencapai 850 juta dolar AS, proyek ini menjadi salah satu infrastruktur energi bersih terbesar di Indonesia. Tujuannya jelas, menekan emisi karbon sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT).
Baterai PLTA Cisokan Jadi Penopang Energi Bersih 2027
Berdasarkan RUPTL 2025–2034, kapasitas pembangkit listrik nasional diproyeksikan mencapai 69,5 gigawatt. Sekitar 15 persen di antaranya berasal dari sistem penyimpanan energi, termasuk baterai PLTA Cisokan.
Teknologi pumped storage dipandang strategis karena tidak hanya menyimpan energi, tetapi juga menjaga stabilitas jaringan listrik. Hal ini penting untuk mendukung integrasi energi surya dan panas bumi yang kian berkembang di Indonesia.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM juga membuka peluang kerja sama lintas sektor, baik dengan akademisi, industri, maupun lembaga internasional. Sinergi ini ditujukan untuk mempercepat penguasaan teknologi penyimpanan energi berskala besar.
Baterai PLTA Cisokan adalah simbol nyata transisi energi bersih di Indonesia. Dengan jadwal operasi pada 2027, proyek ini diharapkan memperkuat ketahanan energi, mendukung bauran EBT, dan menjadi langkah penting menuju kemandirian energi nasional.
Demikian informasi seputar baterai PLTA Cisokan. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Djawanews.com.