Djawanews logo
×
  • Masuk
  • Berita Hari Ini
  • Bisnis
    • Entrepreneur
    • Market
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Infotainment
    • Inspirasi
    • Kesehatan
    • Relationship
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sport
  • Teknologi
  • Travel
  • Serba-serbi
  • Kriminal
  1. Home
  2. Berita Hari Ini
15 Alasan dari Ketua PGI yang Minta PT Toba Pulp Lestari Harus Ditutup
Toba Pulp Lestari (Foto via laman PGI)

15 Alasan dari Ketua PGI yang Minta PT Toba Pulp Lestari Harus Ditutup

Moksa Hutasoit
Moksa Hutasoit 08 Juni 2021 at 07:34pm

Djawanews - Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom blak-blakan soal dampak negatif kehadiran PT Toba Pulp Lestari di Danau Toba. Bahkan Gomar menyebut 15 alasan kenapa perusahaan itu harus segera ditutup.

Kata Gomar dalam webinar bertajuk 'Dampak Kehadiran TPL Sejak di Kawasan Danau Toba' Selasa (1/6), kehadiran PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Tano Batak mengakibatkan penderitaan manusia.

Sebab itu, ada 15 alasan untuk menutup TPL, baik dari tinjauan krisis ekologis, perampasan tanah, kerakusan manusia, hingga perspektif teologis pada isu lingkungan hidup. Kelimabelas alasan tersebut yaitu seperti diwartakan laman resmi PGI.

1) Krisis Ekologi. Keindahan Danau Toba yang dulu, dapat kita nikmati di kampung halaman, kini tinggal kenangan. Sejak hadirnya truk-truk TPL, hutan kita dirambah sedemikian rupa. Truk memasuki jalan-jalan kecil di desa-desa, truk dengan tonase sangat berat memasuki kampung-kampung. Sering terjadi pembakaran hutan sehari-hari.

2) Hutan Tropis Aneka Ragam Kayu Berubah Jadi Monokultur Eucalyptus. Hutan tropis kita dengan kekayaan pohon-pohon anekaragam, berubah menjadi hanya tanaman monokultur, yaitu eucalyptus (kayu putih). Ada dua catatan. Pertama, eucalyptus adalah tanaman pendatang (dari Australia), yang tentu saja punya ciri khas sendiri. Kedua, tanaman monokultur ini punya problem tersendiri, salah satu dampaknya, tanaman tidak ramah terhadap lingkungan. Kenyataannya, Tano Batak sekarang monokultur eucalyptus.

3) Bencana alam berupa banjir dan longsor. Kehadiaran PT IIU/TP banyak menghadirkan bencana. Misalnya, Juni-Agustus 1987 longsor menimbun 15 hektare sawah. Kemudian, longsor di Desa Sianipar 7 Oktober 1987 menewaskan 15 orang, dan longsor di Desa Bulusilape, pada 29 September 1988 mengakibatkan 14 korban jiwa. Belakangan juga terjadi akhir-akhir ini, terjadi longsor di banyak tempat. Bahkan, banjir bandang terjadi di Parapat bertepatan dengan Lebaran, 13 Mei 2021. Itu semua akibat dari perambahan hutan. Kondisi ini tidak jauh berbeda saat masih bernama PT IIU (sebelum tutup 19 Maret 1999) dengan PT TPL (pabrik beroprasi kembali sejak 1 Maret 2003 sampai dengan sekarang). Sehingga patut disangsikan jika dikatakan adanya paradigma baru TPL.

4) Musim cocok tanam tidak menentu. Keberadaannya menyumbang pemanasan global dan perubahan iklim (global warming and climate change). Musim kemarau berkepanjangan, suatu anomali iklim. Pola musim tanam menjadi tidak menentu. Dulu warga tahu pasti kapan becocok tanam, karena tahu kapan musim hujan. Tetapi sekarang serba tidak menentu.

5) Mutasi gen dan serangan Virus Corona. Serangan hama tak terduga, akibat terjadi mutasi gen. Covid-19 juga bagian dari mutasi gen, dari virus Corona berubah-ubah hingga Covid-19, dan Covid-19 pun bermutasi gen menjadi Covid yang lain. Habitat kehidupan kita terganggu akibat ulah manusia sendiri. Dan tidak bisa dipungkiri, Tanah Batak ikut menyumbang rusaknya habitat kehidupan dunia saat ini akibat perubahan hutan tropis menjadi huta monokultur itu.

6) Perampasan tanah rakyat. Pola pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan tata ruang yang karut marut. Demi pembangunan, petugas negara membuat peta citra satelit dari udara yang jauh dari bumi. Pemerintah lalu menyebut hutan ini adalah hutan negara, padahal di tengah-tengah hutan itu, ada pemukiman penduduk. Sebelum Indonesia merdeka, sudah ada permukiman warga di hutan itu, tiba-tiba diklaim sebagai hutan negara. Dan setelah menjadi hutan negara, bisa saja dia seenaknya pemerintah memberi konsesi-konsesi kepada pengusaha-pengusaha. Dan oleh kekuatan sertifikat yang diberikan negara (kepada pengusaha), maka rakyat selalu kalah saat konflik agraria karena tidak punya sertifikat. Dan memang tanah ulayat tidak memiliki sertifikat. Itulah yang terjadi. Akhirnya konflik-konflik muncul antara masyarakat dengan pemilik konsesi lahan yang diberikan Menteri Kehutanan di masa-masa pemerintahan Orde Baru (rezim Soeharto).

7) Polusi Udara. Dampak lingkungan lainnya, mengakibatkan polusi udara, seperti bau tak sedap.

8) Perambahan hutan kemenyan. Perambahan hutan kemenyan di hutan Pandumaan-Sipitu Huta di Humbang Hasundutan, yang konfliknya baru berakhir setelah ada keputuasan Mahkamah Konstitusi tahun 2011 (dibacakan tahun 2012), menyebut bahwa distribusi hutan adat, bukan hutan negara. Kemenyan adalah tanaman khas Tano Batak yang kian langka.

9) Konflik agraria dan sengketa lahan. Dampak lainnya adalah sengketa lahan. Seperti menyerobotan dan pembuldozeran tanaman kopi warga di Nagahulambu, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Konflik di Desa Natumingka, Sihaporas, Matio, dan lainnya.

10) Kesehatan. Kesehatan masyarakat juga terdampak, yakni kulit manusia, terutama anak-anak mengalami gatal-gatal.

11) Pujangga Batak: Tano Batak indah, tetapi dirusak. Jika menyimak lagu-lagu karya Sitor Situmorang atau karya pujangga-pujangga lain dari Tanah Batak, menggambarkan Tanah Batak itu sangat indah. Meski kurang subur dibandingkan dengan tanah di Pulau Jawa, namun alamnya sangat indah, dan di dalamnya, banyak keindahan yang bisa dijual, tetapi telah dirusak. Itulah akibat alih fungsi hutan dari hutan tropis menjadi monokultur. Dan ketika memperjuangkannya, kita selalu diperhadapkan dengan alat negara. Alat negara yang seharusnya melindungi rakyat, justru selama ini melindungi pengusaha. Inilah problem kita yang harus kita atasi.

12) Alkitab berbicara tentang lingkungan. Semua itu karena kerakusan manusia yang tidak terbatas. Akar dosa manusia. Sebab manusia memperlakukan bumi sebagai objek dan mengekploitasinya semata-mata untuk kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Dalam Kejadian 1: 31 disebutkan, Allah melihat segala yang dijadikannya itu, sungguh amat baik. Alam punya nilai lepas dari manusia “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (Kejadian 1 : 10, 12, 18, 21, 25) terungkap sebelum manusia dicipta. Allah mempunyai hubungan tersendiri dengan alam tersebut, sebagaimana Ia juga memb uat perjanjian dengan mereka (Kejadian 9: 9-10).

Salah satu alasan Allah menciptakan manusia adalah untuk memelihara kebaikan alam tersebut. Bukan semata-mata mengeksploitasi, tetapi memelihara alam. Betul alam diciptakan untuk manusia, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa alam diciptakan hanya untuk kepentingan manusia (Ayub 38 – 41). Ini harus kita garis bawahi, agar alam tidak kita porak-porandakan. Manusia merupakan bagian dari alam, terikat dalam kesatian dengan bagian-bagian alam dan tunduk pada hukum-hukum alam. Manusia dibentuk dari debu tanah (Kejadian 2 : 7) seperti hanya binatang hutan dan segala burung (Kejadian 2 : 19). Jadi lingkungan yang rusak itu dan alam semesta juga saudara kita, saudara sesama ciptaan Tuhan, yang tidak boleh diperlakukan seenaknya. Kita harus berani katakan, Saudara Udang, Saudara (makluk lain), karena kita sesama ciptaan Tuhan.

Sidang Raya PGI di Waingapu, NTT tahun 2019 membahas empat topik masalah, satu di antaranya krisis ekologis. Oleh karena itu, PGI menyerukan kepada semua gereja, seperti HKBP, GKPI, HKI, GPKS, GBKP dan gereja apa pun di Sumatera Utara dan di seluruh Indonesia, harus ikut serta memperjuangkan ekologi. Untuk Tanah Batak terutama, kita semua terpanggil.

13) Kerakusan akar masalah. Amsal 30:15 menyebutkan: Untukku, untukku. Epithumia = Kenikmatan dunia. Kata-kata bijak Mahatma Gandhi, “Earth provides enough to satisfy every man’s needs, but not every man’s greed“. (Bumi menyediakan hal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak untuk orang-orang yang serakah).

14) Tiga dimensi Spiritualitas Keugaharian Gereja Kristen. Gereja Kristen mempunyai tiga dimensi spiritualitas keugaharian (kesederhanaan) yakni, pertama, keberanian mengatakan cukup, termasuk keberanian mengatakan cukup sudah perusakan lingkungan. Termasuk dari gereja dan pemerintah, harus berani mengatakan, cukup TPL merusak lingkungan. Kedua, kesediaan berbagi kepada mereka yang kurang beruntung. Ketiga, berjuang untuk sistem yang adil, termasuk mengkritik orang-orang rakus yang merusak alam, yang merampok kekayaan alam. Kita tidak bisa mendiamkannya. Pada gilirannya, ibadah adalah membangun hubungan yang harmonis dengan Allah, yang wujudnya dalam keharmonisan dengan seluruh ciptaan-Nya, termasuk diri sendiri dan sesama manusia. Kesimpulannya, gereja adalah sahabat alam.

15) Stop menggunakan produk perusahaan tidak ramah lingkungan. Agar memberi efek jera, mari terus kampanye kepada dunia, stop menggunakan produk hasil perusahaan-pengusaha yang tidak ramah lingkungan. Dan merampok tanah rakyat. Mari konkret bekerja, membangun kerja sama dengan pegiat lingkungan hidup seperti Greenpeace. Ini bukan tidak cinta bangsa. Bukan juga tidak memiliki nasionalisme. Tetapi kita sekarang transnasional. Kebangsaan kita juga harus melihat kemanusiaan dalam kerangka global.

Bagikan:
#Ketua PGI#Gomar Gultom#PT Toba Pulp Lestari

Berita Terkait

    Bambang Pacul Sebut PDIP Bakal Tulis Ulang Sejarah sebagai Tandingan Versi Pemerintah
    Berita Hari Ini

    Bambang Pacul Sebut PDIP Bakal Tulis Ulang Sejarah sebagai Tandingan Versi Pemerintah

    Djawanews.com – Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul menanggapi proyek penulisan ulang sejarah Indonesia yang digagas pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan. Menurutnya, proyek tersebut ....
    MS Hadi
    MS Hadi
  • Puan: Pemerintah Harus Memastikan Keselamatan WNI di Tengah Konflik Iran-Israel
    Berita Hari Ini

    Puan: Pemerintah Harus Memastikan Keselamatan WNI di Tengah Konflik Iran-Israel

    MS Hadi 17 Jun 2025 13:09
  • Wamendagri: Penetuan Batas Wilayah Menimbang Fakta Historis, Politis dan Sosial Budaya
    Berita Hari Ini

    Wamendagri: Penetuan Batas Wilayah Menimbang Fakta Historis, Politis dan Sosial Budaya

    MS Hadi 17 Jun 2025 11:36
  • Kecelakaan Balon Udara di Turki: 12 WNI Cedera, Pilot Meninggal Dunia
    Berita Hari Ini

    Kecelakaan Balon Udara di Turki: 12 WNI Cedera, Pilot Meninggal Dunia

    Djawanews.com – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengatakan sebanyak 12 warga negara Indonesia (WNI) mengalami cedera dalam kecelakaan balon udara wisata di Provinsi Aksaray, Turki tengah, pada ....
    MS Hadi
    MS Hadi
  • Pemprov DKI Siap Bangun PLTSa di Empat Lokasi, Tinggal Tunggu Perpres
    Berita Hari Ini

    Pemprov DKI Siap Bangun PLTSa di Empat Lokasi, Tinggal Tunggu Perpres

    MS Hadi 17 Jun 2025 08:32
  • Lakukan Kunjungan Kerja, DPD RI DIY Dorong Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal di Gunungkidul
    Berita Hari Ini

    Lakukan Kunjungan Kerja, DPD RI DIY Dorong Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal di Gunungkidul

    Saiful Ardianto 17 Jun 2025 08:31

Anda Harus Tahu

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?
Kesehatan

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda
Lifestyle

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar
Lifestyle

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android
Teknologi

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!
Lifestyle

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan
Kesehatan

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan

Populer

DPR Akan Masukkan Putusan MK soal Sekolah Gratis ke RUU Sisdiknas
Berita Hari Ini

1

DPR Akan Masukkan Putusan MK soal Sekolah Gratis ke RUU Sisdiknas

Gunung Semeru Erupsi Lagi, Tinggi Letusan Capai 1.000 Meter di Atas Puncak
Berita Hari Ini

2

Gunung Semeru Erupsi Lagi, Tinggi Letusan Capai 1.000 Meter di Atas Puncak

Ramai soal BPJS Hewan, Pemprov DKI Klarifikasi: Hanya Subsidi Layanan Kesehatan
Berita Hari Ini

3

Ramai soal BPJS Hewan, Pemprov DKI Klarifikasi: Hanya Subsidi Layanan Kesehatan

Pramono Sebut Masih Kaji Wacana Car Free Night di Sudirman-Thamrin
Berita Hari Ini

4

Pramono Sebut Masih Kaji Wacana Car Free Night di Sudirman-Thamrin

Kasatops Armuzna Pastikan Seluruh Jamaah Haji Indonesia Telah Meninggalkan Mina, Tidak Ada yang Tertinggal
Berita Hari Ini

5

Kasatops Armuzna Pastikan Seluruh Jamaah Haji Indonesia Telah Meninggalkan Mina, Tidak Ada yang Tertinggal

Pilihan Editor

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien
Berita Hari Ini

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya
Berita Hari Ini

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said
Berita Hari Ini

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD
Berita Hari Ini

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa
Berita Hari Ini

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa
Berita Hari Ini

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa

Follow Google News Kami: Djawanews logo
Djawanews logo
Tentang Kami Kontak Kami Privacy Policy Redaksi Pedoman Media Siber Karir
fb
tw
ig
© Copyright 2025 Djawanews Media Utama
arrow-up