Djawanews.com – Bentuk bangunan Keraton Ngayogyakarta sekarang dengan zaman dulu tentu jauh berbeda. Hal itu terbukti dari berbagai arsip yang berupa foto dan lukisan peninggalan masa lalu.
Salah satu citra visual yang memperlihatkan kondisi Keraton Ngayogyakarta di masa dulu adalah lukisan dari seniman VOC, A. de Nelly. Ia adalah salah satu murid dari seniman terkenal Johannes Rach.
Lukisan tersebut menggambarkan lelaki bangsawan dengan pakaian adat Jawa. Lengannya panjang, memakai jarik, memakai kupluk, dan di pinggangnya terselip keris. Yang menarik perhatian adalah bentuk bangunan Keraton yang masih sangat minimalis.
Dalam gambar memperlihatkan benteng kerajaan yang sederhana yang terbuat dari kayu yang menjulang tinggi. Selain itu terlihat pula dua pohon yang dipagar, diduga kuat itu adalah pohon beringin yang ada di Alun-alun Lor (Utara).
Di bagian atas lukisan terdapat tulisan yang dibingkai dengan pita. Tulisan berbahasa Belanda itu berbunyi “Het Gezigt van het Dalem Sultan Sumatran Leggende op Het Eyland Groot Yava aan de Noord Oost Zyde”.
Dilansir dari nationalgeographic.grid, nampaknya ada kesalahan dalam judul tersebut karena merujuk pada "Sultan Sumatra di Timur Laut Jawa". Karena di lukisan versi lain, De Nelly memberi judul "Het D\'alam van de Sultan zu Mataran". Dengan demikian lukisan tersebut adalah lukisan Keraton Ngayogyakarta saat awal berdiri.
Kurator dari Belanda, Max de Bruijn, yang juga menyusun “Johannes Rach 1720-1783, Artist in Indonesia and Asia”, mengatakan bahwa lukisan Rach dan muridnya dikenal sebagai \'Lukisan Johannes Rach\'.
Saat ini lukisan yang bersejarah itu tersimpan di Perpustakaan Nasional. Indonesia memiliki 202 lukisan Rach dan muridnya, sedangkan Belanda hanya punya 68 karya.
Untuk mendapatkan informasi menarik lain terkait Keraton Ngayogyakarta, kunjungi situs resmi Warta Harian Nasional Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.