Djawanews.com - Sejumlah warganet bertanya, apakah pemerintah akan menggeser hari libur 17 Agustus ke tanggal 18, seperti yang dilakukan saat Tahun Baru Islam?
Tak cuma itu, para warganet juga banyak mempertanyakan alasan sikap pemerintah mengapa mereka menggeser hari libur Tahun Baru Islam?
Dilansir dari ERA.id, pemerintah memang mengubah dua tanggal merah yang merupakan hari libur nasional pada tahun 2021.
Libur itu yakni Tahun Baru Islam 1443 Hijriah yang sebelumnya jatuh pada 10 Agustus 2021, kini sudah dilewati pada 11 Agustus silam.
Tak cuma itu, Maulid Nabi Muhammad SAW yang nantinya jatuh pada 19 Oktober 2021, digeser ke 20 Oktober 2021.
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, menjelaskan kalau momen itu tetap jatuh pada 10 Agustus 2021. Cuma liburnya yang berbeda.
"Tahun Baru Islam tetap 1 Muharram 1443 H, bertepatan 10 Agustus 2021 M. Hari liburnya yang digeser menjadi 11 Agustus 2021 M," kata Kamaruddin.
Kebijakan tersebut merupakan upaya untuk mencegah penyebaran munculnya klaster baru Covid-19. Intinya, pemerintah berharap bisa mengurangi mobilitas dan potensi penularan Covid-19.
"Ini ikhtiar untuk mengantisipasi munculnya klaster baru, maka dipandang perlu dilakukan perubahan hari libur dan cuti bersama tahun 2021 M," ujar Kamaruddin.
Soal pertanyaan pertama di atas, sampai sekarang pemerintah belum memberikan alasan. Tak jelas juga mengapa 17 Agustus, walau hari pelaksanaannya sama (Selasa) seperti Tahun Baru Islam, tidak digeser.
Makanya, netizen pun bertanya dan merasa logikanya terganggu karena sikap pemerintah. "Hari libur Tahun baru Islam digeser dari TANGGAL 10 jadi TANGGAL 11 atau satu hari setelahnya dengan alasan karena jatuh pada hari Selasa. Dikhawatirkan akan ada long weekend yang bisa menimbulkan cluster baru jika tidak digeser. Nah, mari kita tunggu, apakah libur hari kemerdekaan tgl 17 Agustus akan di geser juga LBURNYA jadi ke tgl 18 Agustus, mengingat tgl 17 jatuhnya juga hari Selasa. Tentu dengan alasan yang sama. Yaitu Takut muncul klaster baru karena ada long weekend?? Bukan soal hari agama atau hari nasionalnya.. Tapi soal LOGIKA dan KONSEKWEN," tulis Dee Hassan yang statusnya sudah dibagikan di Facebook sampai belasan ribu.
