Djawanews.com – Orangtua adalah pendidik pertama bagi anak. Karena itu orantua harus memiliki tingkat kedewasaan emosional yang matang agar bisa memberikan pola asuh yang baik untuk buah hati. Tetapi, karena proses mengasuh anak membutuhkan belajar terus menerus, ada kalanya orangtua perlu berefleksi untuk mengetahui tingkat kedewasaan diri. Dengan demikian, diharapkan trauma antar generasi tidak diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Seseorang yang tidak dewasa secara emosional, tampaknya tumbuh dengan orangtua yang juga tidak dewasa secara emosional. Misalnya, tidak memiliki kedekatan emosional dengan orangtuanya dan mengulang keberjarakan dengan putra-putrinya. Untuk itu, perlu dikenali bahwa kedewasaan emosional yang kurang ditandai dengan sikap berikut ini.
- Terlalu menyetir dan mengontrol anak-anaknya
Orangtua yang menyetir dan mengontrol anak-anaknya, dikenal sebagai orangtua yang menerapkan pola asuh helikopter. Dengan menerapkan pola asuh ini, Anda menuntut kesempurnaan dan menetapkan tuntutan tinggi yang seringkali tidak realistis baik pada diri sendiri maupun anak-anak Anda.
Melansir Psychology Today, orangtua ini mungkin menjadi orangtua dengan tingkat emosi negatif yang tinggi tanpa kontrol. Misalnya, dengan kemarahan berlebihan atau dari pendekatan hukuman. Anak-anak yang diasuh seperti ini, sering menjadi perfeksionis, berprestasi, dan sangat kritis.
- Terlalu emosional
Orangtua yang tidak mengontrol emosinya, dapat berubah dari satu emosi ke emosi lainnya. Mereka tampak terlalu dramatis, bereaksi berlebihan terhadap situasi tertentu, atau tampak tak berdaya, dan needy. Di sisi lain, orangtua yang terlalu emosional dapat berjarak, sinis, meremehkan, atau dingin terhadap anak-anak mereka.
Seringkali orangtua dengan emosi yang tidak teratur mungkin mengalami trauma keterikatan yang tidak dapat disembuhkan. Sehingga mereka mengasuh anak dari keterikatan yang tidak teratur. Nak-anak yang dibesarkan dengan pola orangtua seperti ini, mungkin tumbuh dalam kecemasan, depresi, dan tidak teratur secara emosional. Artinya, pola asuh bisa berdampak negatif pada kematangan emosional hubungan mereka dan berisiko mengembangkan ikatan traumatis dengan pasangannya nanti.
- Orangtua yang menolak dan sering menghindar
Orangtua yang menolak perannya dalam mengasuh anak, biasanya menghindar, menjauh, dan mungkin menghabiskan waktu sendirian atau tidak ingin diganggu dengan pengasuhan. Orangtua dengan tingkat kedewasaan yang kurang ini, tampaknya dibesarkan dengan pola yang serupa. Mereka dibesarkan untuk menjaga diri mereka sendiri sehingga tidak menjalani pola komunikasi asertif dan seringkali menjadi penuntut serta berkomunikasi secara kasar.
Anak-anak yang dibesarkan tidak dekat secara emosional dengan orangtua, mungkin menjadi orang dewasa yang memiliki empati terbatas. Mereka juga lebih meremehkan, menghindari, bahkan sulit mempertahankan hubungan yang dilandasi aspek emosional.
- Orangtua yang pasif
Orangtua yang pasif kerap lalai melibatkan aspek emosional. Mereka juga menghindari konfrontasi dan mungkin tidak mudah bergaul. Banyak orangtua yang pasif tidak memiliki batasan sehat dan konsisten. Bahkan mereka tak bisa menjadi teman anak-anaknya. Mereka mungkin mengabaikan kebutuhan emosional anak mereka karena terlalu berlebihan untuk mereka tangani.
Dibesarkan oleh orangtua yang pasif secara emosional dan fisik menyebabkan risiko kecemasan dan depresi. Anak-anak yang tak didukung secara emosional oleh orangtuanya mungkin mengalami kesulitan mengekspresikan emosi.
Itulah keempat tanda-tanda yang dimiliki orangtua kurang tingkat kedewasaan emosional. Melalui daftar di atas, Anda bisa berefleksi dan mengevaluasi hal-hal yang bisa diperbaiki sehingga mendukung pertumbuhan serta perkembangan buah hati agar optimal tanpa rentan mengalami gangguan Kesehatan mental.