Djawanews.com – Bed occupancy rate atau BOR rumah sakit yang tersebar di Jabar telah melebihi standar WHO. Kenaikan 2 hingga 3 persen dalam sehari BOR rumah sakit di Jabar sudah di angka 62,65 persen. Angka tersebut meunjukkan angka siaga.
"Kalau dibandingkan dengan minggu lalu ini pertambahannya cukup tinggi. Sehari nambahnya 2 hingga 3 persen dan ini sudah melewati standar WHO 60 persen, kalau Pak Gubernur bilang ini sudah siaga," kata Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Jabar Marion Siagian melalui keterangannya di Gedung Sate Bandung, Jumat (11/6).
Rincian Keterpenuhan BOR di Rumah Sakit Jabar
Dalam keterangannya di Gedung Sate Marion mencontohkan rumah sakit di Kota Bandung. Berdasarkan keterangannya, tempat tidur bagi pasien yang bergejala ringan sudah terisi 767 dari total 947 tempat tidur. Lalu, tempat tidur bagi pasien bergejala sedang terisi 474 dari total 545 serta tempat tidur pasien yang bergejala berat terisi 65 dari 79 tempat tidur tersedia.
"Yang kuning 544 itu terisi 474, dan yang merah itu 79 sudah terisi 65," ucap dia.
Menindaklanjuti keadaan tersebut, pihak rumah sakit di Kota Bandung kini sedang melakukan screening untuk menentukan pasien yang bergejala dapat melakukan isolasi mandiri ataukah tidak untuk mengurangi keterisian.
- Tidak Hanya Indonesia yang Alami Lonjakan Drastis Kasus COVID-19, 5 Negera Ini Juga Alami Hal Serupa
- Masyarakat Badui Nol Kasus COVID-19 Mirip Kota Kecil Gunnison saat Flu Spanyol Menghantam Dunia
- Komunitas Relawan COVID-19 Yogyakarta Menyerah: Berita Lonjakan Kasus Hanyalah Puncak Gunung Es dari Fakta Sebenarnya
Sementara itu, berkaitan dengan angka kasus, Marion menilai mengalami peningkatan sejak tanggal 25 Mei. Peningkatan angka kasus di Jabar bisa mencapai 1.000 dalam sehari. Padahal, pada bulan Maret dan April peningkatan angka kasus masih di bawah 1.000.
"Kami mencatat dari tanggal 28 Mei atau 15 hari setelah lebaran ini kasus sudah cukup meningkat jadi ada 1.200 kemudian turun lagi menjadi 800 tapi di Minggu terakhir ini kita mencapai di atas 1.000," jelas dia.
Marion menyebut, peningkatan angka kasus didominasi oleh klaster keluarga dan klaster perkantoran. Tetapi, dia tak menyebut angkanya secara rinci.
"Ini harus kita antisipasi dan waspadai dan kita lihat juga kasus sekarang klasternya klaster keluarga, ini akibat kita banyaknya kita berinteraksi dengan keluarga dan orang lain," pungkas dia.