YOGYAKARTA - PLTA Sutami di aliran Sungai Brantas tetap menjadi tumpuan energi bersih Jawa Timur. Dengan kapasitas terpasang 105 MW dari tiga turbin Francis, pembangkit ini masuk ke jaringan interkoneksi Jawa–Bali dan dikelola PLN Unit Pembangkitan Brantas.
Bersama PLTA Sengguruh, Wlingi, dan Lodoyo, Sutami menegaskan Brantas sebagai poros energi hijau yang menopang konsumsi listrik regional.
Fungsi strategis PLTA Sutami bukan semata produksi listrik. Sebagai unit “black start”, ia menjadi kunci pemulihan pasca-pemadaman total.
PLTA Sutami Perkuat Transmisi Malang dan Sekitarnya
Dari Bendungan Sutami, daya awal dapat dikirim untuk menyalakan pembangkit besar seperti Paiton, Gresik, Pacitan, Rembang, hingga Indramayu—mempercepat normalisasi pasokan listrik.
Kinerja 2025 ditopang curah hujan yang baik sehingga debit Brantas melimpah. Kondisi ini memberi ruang bagi PLN mengoptimalkan operasi dan keandalan sistem.
Di sisi hilir jaringan, penguatan transmisi di Malang dan sekitarnya terus dijaga. Sosialisasi bahaya layangan dan balon udara pun digencarkan untuk menekan gangguan eksternal pada jaringan tegangan tinggi.
Langkah maju berikutnya: PLTS Terapung sekitar 100 MWp di Waduk Sutami yang memanfaatkan 10–20% permukaan waduk, ditargetkan beroperasi 2027.
Integrasi tenaga surya–air ini memperkaya portofolio EBT Jawa Timur, mengurangi emisi, sekaligus meningkatkan fleksibilitas pasokan saat beban puncak. Kombinasi keduanya memperkuat ketahanan sistem Jawa–Bali dan menunjukkan komitmen transisi energi yang nyata.
PLTA Sutami bukan hanya tulang punggung energi bersih Jawa–Bali, tetapi juga “starter” keandalan sistem dan jangkar kolaborasi EBT dengan PLTS terapung. Dengan operasi andal, penguatan transmisi, dan proyek surya di waduk, Sutami menegaskan peran sentralnya dalam percepatan transisi menuju listrik hijau yang aman dan berkelanjutan.
Demikian informasi seputar peran dan pengembangan PLTA Sutami. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Djawanews.com.