PLTA Jatiluhur tidak hanya membantu memberikan pasokan energi listrik, namun memberikan kebahagiaan kepada penduduk sekitar.
Nama Jatiluhur melekat pada PLTA yang berada di Bendungan Jatiluhur. PLTA Jatiluhur ini berada di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Jarak tempuh yang dibutuhkan dari pusat kota Purwakarta sekitar 9 KM. Selain indah, bendungan ini juga jadi bendungan terbesar di Indonesia.
PLTA Jatiluhur berkapasitas 187 MW
Bendungan yang oleh pemerintah dinamai dengan Waduk Ir. H. Juanda ini memiliki sebanyak 6 turbin. PLTA Jatiluhur mampu memproduksi tenaga listrik rata-rata sebesar 1.000 juta kwh setiap tahun. Melalui Perum Jasa Tirta II sebagai pengelolanya, PLTA Jatiluhur selalu menjaga pasokan listriknya.
Dilansir dari purwakartakab.go.id, dikatakan bahwa PLTA Jatiluhur ini memulai operasi pertamanya pada tahun 1965. Pasokan listrik disalurkan ke Bandung melalui Saluran udara tegangan tinggi 150 kV milik PLN. Setelah itu, PLTA Jatiluhur memberikan pasokannya ke Jakarta pada tahun 1966.
Sejarah pembangunan PLTA Jatiluhur tentu tidak dapat dilepaskan dari sejarah pembangunan bendungannya. Berawal dari gagasan Ir. Agus Prawiranata selaku Kepala Jawatan Irigasi yang ingin mengembangkan jaringan irigasi untuk mengantisipasi kecukupan beras dalam negeri.
Gagasan Ir. Agus tersebut justru ditertawakan. Karena pada tahun 1950, Indonesia belum memiliki dana untuk menyokong gagasan tersebut. Namun, Ir. Agus kemudian membicarakan gagasan tersebut dengan Ir. Sediyatmo. Ir. Sediyatmo merupakan Kepala Direksi Konstruksi Badan Pembangkit Listrik Negara (PLN).
Saat itu, PLN memang memiliki anggaran. Di waktu yang sama pula PLN sedang berupaya mencari pengganti sumber daya listrik yang masih menggunakan minyak, karena memang mahal. Lalu, Ir. Sediyatmo menugaskan Ir. P.C. Harjosudirdjo (Asisten Kepala Direksi Konstruksi PLN) untuk merancang Bendungan Jatiluhur ini.
Ir. P.C. Harjosudirdjo membuat spesifikasi bendungan Jatiluhur meniru gaya bendungan Aswan di Mesir. Konsultan dari Perancis yang sudah berpengalaman dalam membangun bendungan besar juga dilibatkan dalam pembangunan bendungan ini.
Bendungan kemudian dibangun pada tahun 1957. Presiden RI pertama Ir. Soekarno ikut meletakkan batu pertama pada proyek ini, lalu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Dalam pembangunannya, Waduk Jatiluhur menelan dana sebesar US$ 230 juta. Nama Ir. H. Juanda diabadikan menjadi nama waduk untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur.
Tidak hanya menyalurkan pasokan listrik ke sejumlah wilayah, PLTA di Jatiluhur juga memiliki manfaat lain bagi masyarakat. Bendungan Ir.H.Djuanda menjadi tujuan wisata edukasi bagi pelajar, mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Banyak para pelajar, mahasiswa, dan akademisi lain melakukan kunjungan ilmiah, penelitian, dan kegiatan akademik lain. Masyarakat dapat berkenalan dengan pengetahuan dan teknologi di bidang sumber daya air dan energi listrik (PLTA).
Selain memberi manfaat edukasi, bendungan sekaligus PLTA Jatiluhur juga menyajikan wisata panorama. Banyak hal yang bisa dilakukan di kawasan sekitar waduk. Misalnya, pengunjung dapat menikmati panorama indah di sekitar Bendungan Jatiluhur.
Bendungan Jatiluhur memang memiliki pemandangan indah, ditambah dengan pemandangan bukit yang menawan. Pengunjung dapat menimkati panorama sambil menikmati hidangan di rumah makan terapung, bisa pula menyewa perahu untuk berkeliling di bendungan.
Di sekitar bendungan, terdapat tanah lapang yang ditumbuhi rumput hijau. Dari tempat ini, pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas. Mulai dari piknik keluarga, bermain bersama, dan masih banyak lagi. Selain sebagai sumber energi baru, bendungan dan PLTA Jatiluhur mampu meningkatkan perekonomian warga sekitar.