Djawanews.com - Operasi evakuasi WNI yang ada di Afghanistan dilakukan dengan kilat. Persiapan yang dilakukan untuk menjalankan misi berbahaya masuk ke negara yang dikuasai Taliban itu terjadi sangat cepat.
"Saya sangat bangga kepada kalian semua, dengan persiapan yang begitu cepat, kalian mampu menunjukkan profesionalisme. Hal ini merupakan kebanggaan bagi seorang prajurit yang telah sukses melaksanakan tugas operasi dan kembali dalam keadaan selamat," ucap Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Sabtu subuh, 21 Agustus.
Operasi ini dilakukan dengan menggunakan pesawat Boeing 737 Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma . Misi evakuasi WNI menggunakan call sign "Kencana Zero Four" yang dipimpin Letkol Pnb Ludwig Bayu, Mayor Pnb Mulyo.
Awak lainnya adalah Kapten Pnb Sang Made. K.Y, Lettu Pnb R.P. Pratama. A, Lettu Pnb Andhika, Letda Tek Suparno, Letda Tek Yusuf Affandi, Letda Andromeda. Awak pesawat lainnya terdiri dari Serka Priyan Wahyu, Serka Riyan Agieta, Serka Budi R dan Pratu Yulio A.
Pesawat ini diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusuma menuju Islamabad, Pakistan, melalui Kolombo-Karachi-Islamabad. Penerbangan untuk evakuasi dilanjutkan ke Bandara Hamid Karzai, International Kabul, Afghanistan.
Demi menjaga keselamatan awak kapal, Indonesia juga mengerahkan satuan elite milik TNI AU, Ada 6 personel Satbravo-90 Paskhas yang diturunkan dalam operasi kilat ini.
Dilansir dari Wikipedia, Satuan Bravo 90 (disingkat Satbravo-90) sebelumnya dikenal dengan nama Denbravo 90. Ini adalah satuan pelaksana operasi khusus Korps Pasukan Khas yang berkedudukan langsung di bawah Dankorpaskhas.
Satuan Bravo 90 Paskhas bertugas melaksanakan operasi intelijen, melumpuhkan alutsista/instalasi musuh dalam mendukung operasi udara dan penindakan teror bajak udara serta operasi lain sesuai kebijakan Panglima TNI.
Terbilang pasukan khusus Indonesia yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik.
Sat Bravo 90 ini tergabung dalam Pusat Pengendalian Krisis ("Pusdalsis") BNPT yang terdiri dari gabungan antara satuan-satuan khusus, seperti Detasemen Khusus 81 (Penanggulangan Teror) dari TNI-AD, Denjaka dari TNI-AL, dan Resimen I Gegana Korps Brimob dari POLRI. Pusdalsis yang terdiri dari gabungan satuan-satuan elit TNI-POLRI ini ditugaskan sebagai pasukan penanganan terror untuk dikirim bila terjadi aktivitas terrorisme seperti Pembajakan pesawat.