Djawanews - 59 kasus mutasi virus corona (SARS-CoV-2) yang tergolong 'Variant of Concern (VoC)' teridentifikasi di Indonesia. Merujuk hasil Whole Genome Sequence (WGS) it terdiri atas tiga varian, yakni virus corona B117, B1617, dan B1351.
Hal ini diungkapkan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio. Mereka berkolaborasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan serta beberapa Universitas di Indonesia untuk melakukan pencarian strain virus baru WGS.
Semua hasil temuan itu dilaporkan ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). GISAID adalah sebuah lembaga bank data yang saat ini menjadi acuan untuk data genom virus corona SARS-CoV-2.
"Data terakhir di beberapa hari yang lalu, kita sudah mendapatkan 23 virus dari B117, kemudian B1617 ini sudah ada 32 isolat yang diidentifikasi. Kemudian yang dari Afrika Selatan B1351 ini ada 4 isolat sudah berhasil diidentifikasi," papar Amin melalui kanal YouTube Mikrobiologi FK-KMK UGM sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia, Senin (31/5).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya sudah menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori VoC atau varian yang perlu diwaspadai, yaitu B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, B1617 dari India dan P1 dari Brasil.
VoC merupakan varian yang memiliki peningkatan penularan atau perubahan yang merugikan dalam epidemiologis, memiliki peningkatan virulensi atau perubahan presentasi penyakit klinis, bahkan mampu menurunkan efektivitas vaksin. Hanya saja masih sedikit bukti sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Lebih lanjut, Amin juga menyoroti perkembangan mutasi VoC di Indonesia mulai terlihat sejak awal 2021. Tapi menurut dia, puncaknya mulai terlihat pada April 2021 lalu.
"Puncaknya terjadi bulan April yang lalu, B1617 ini meningkat tajam, ini karena memang ada beberapa visitor yang berasal dari India sana datang ke Indonesia," ungkap Amin.
Amin sebelumnya juga menilai eksistensi mutasi VoC tersebut dikhawatirkan mampu mempengaruhi target herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap virus corona di Indonesia.
Kendati demikian, ia menyebut hingga saat ini target capaian herd immunity masih belum bisa diprediksi dengan akurat, lantaran masih perlu dipastikan melalui serangkaian zero surveillance test.