Djawanews - Menteri Penerangan di zaman Presiden Soeharto, Harmoko berpulang. Harmono meninggal malam tadi di RSPAD.
Dikumpulkan dari berbagai informasi, Harmoko yang dikenal sebagai tangan kanan Presiden Soeharto, memang kondisinya menurun dalam beberapa tahun terakhir. Publik terkahir melihat sosok Harmoko saat melayat jenazah Presiden BJ Habibie.
Saat melayat ke rumah duka di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2019) malam, Harmoko sudah di atas kursi roda didampingi putranya, Azisoko Harmoko. Kala itu, Harmoko datang mengenakan batik hitam dan kopiah hitam.
Pria kelahiran Februari 1939 ini, kabarnya mengalami kerusakan saraf motorik otak belakang. Sejak 2016 Harmoko sudah sulit untuk berkomunikasi. Bicara Harmoko saat itu sudah sangat pelan dan sulit ditangkap.
Padahal saat masih aktif, Harmoko yang kita kenal adalah sosok pandai berpidato. Dia juga rutin berbicara kepada publik.
Pada 2018, Harmoko sempat diberitakan dirawat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. Kabarnya dia mengalami Infeksi di paru-paru.
Profil Harmoko
Harmoko bukanlah orang sembarangan. Di zaman orde baru, nama Harmoko begitu terkenal. Dia berulang kali duduk sebagai Menteri Penerangan Indonesia di era Presiden Soeharto.
Di zaman itu, departemen yang dipimpin Harmoko bertanggung jawab penuh terhadap eksistensi media massa. Lahir atau tenggelamnya media massa, melalui Harmoko. Tak salah dia ditunjuk Soeharto karena Harmoko pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia.
Harmoko juga pernah menjadi Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie.
Pada permulaan tahun 1960-an, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, ia bekerja sebagai wartawan dan juga kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Pada tahun 1964 ia bekerja juga sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata, dan kemudian Harian API pada 1965.