Djawanews.com - Suka tak suka, harus diakui pembagian bansos di daerah, sering tidak tepat sasaran. Bahkan ada orang yang sudah meninggal, bisa hidup lagi untuk dapatkan bansos.
Kejadian lucu ini terjadi saat Kades se-Kabupaten Boyolali mengikuti acara Rembug Desa dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo secara daring.
Awalnya Ganjar menanyakan pada kades-kades itu pertanyaan umum. Tentang penanganan Covid-19, tentang penanganan pasien positif yang isolasi mandiri dan penyaluran bantuan sosial. Saat bertanya terkait penyaluran bantuan sosial itu, ada salah satu kades yang menulis di forum chat, bahwa ada banyak warganya sudah meninggal tapi hidup lagi.
"Sebentar, sebentar, itu Kades Gunung Simo nulis ada warganya yang mati hidup lagi. Kok medheni (mengerikan). Coba mas dihidupkan, saya pengen ngobrol," kata Ganjar ke operator, Rabu 4 Agustus.
Setelah berhasil ngobrol, Kades Gunung Simo bernama Yogi itu mengatakan, yang ia maksud warganya meninggal hidup lagi itu bukan jasadnya. Tapi, namanya kembali muncul sebagai penerima bantuan di desa.
“Ada banyak pak, sudah meninggal lama, sudah lama tidak dapat bantuan karena sudah kami verifikasi. Lha sekarang kok muncul lagi Pak. Masuk daftar penerima bantuan. Kan namanya hidup lagi itu,” beber Yogi.
Ganjar pun tertawa dengan keterangan Yogi. Meski begitu, ia paham dengan maksud Yogi karena di beberapa tempat yang ia kunjungi, banyak kasus serupa. Di mana ada warga yang sudah meninggal, tapi tetap menerima bantuan dari pemerintah pusat.
“Ada banyak pak, sekitar 9-10 kepala keluarga yang sudah meninggal, tapi dapat bantuan. Ya kita kembalikan pak bantuannya, karena tidak tepat sasaran. Kami heran pak, padahal dulu sudah diverifikasi, kok munculnya tetap sama. Apa mungkin pakai data lama ya pak,” ungkapnya.
Selain Yogi, sejumlah kades lain di Boyolali juga menyampaikan hal yang sama. Misalnya Kades Banyuanyar, Komarudin. Kepada Ganjar, pihaknya meminta agar ada pembenahan data bansos, karena apa yang diusulkan dari desa beda dengan data pusat.
“Untungnya kami sejak 2017 lalu ada musyawarah desa yang khusus membahas kemiskinan. Jadi masalah-masalah yang seperti ini, bisa kita atasi,” kata Komarudin.
Hal senada juga disampaikan Kades Senden, Sularsih. Dia mengungkapkan adanya penerima bansos dobel.
“Di desa kami ada 38 warga yang dapat bansos dobel pak. Itu kami alihkan ke warga yang lain tidak bisa. Bagaimana pak, supaya bisa langsung kami alihkan. Soalnya masyarakat banyak yang butuh,” ujarnya.
Ganjar langsung menjawab, perbaikan data harus terus dilakukan. Pihaknya sudah mengirimkan surat ke Kemensos terkait hal itu.
“Tapi ndak bisa langsung dialihkan ke warga lain. Harus dikembalikan dulu, karena itu ada prosesnya. Mengelola keuangan negara kan tidak sembarangan,” jawabnya.