Djawanews.com – Baru seminggu menjabat Presiden Zambia, Hakainde Hichilema mengaku kaget melihat korupsi yang begitu parah yang berhasil dideteksi pemerintahanya.
"Orang-orang masih mencoba melakukan pergerakan dana di menit-menit terakhir, yang tidak sah, yang bukan milik mereka," kata Hichilema mengutip BBC, Rabu, 1 September.
Dalam keterangannya, Hichelema tidak menyebutkan nama pejabat dari pemerintahan sebelumnya. Namun, presiden sebelumnya, Edgar Lungu membantah semua tuduhan penyelewengan.
Lungu telah memerintahkan negara kaya tembaga itu sejak 2015 dan secara luas dipuji atas kelancaran transisi kekuasaan ke Hichilema, yang memenangi kursi kepresidenan setelah lima kali gagal.
Janji Hichilema saat kampanye yakni mengatasi korupsi dan krisis keuangan di Zambia. Karenanya ia begitu kaget melihat keadaan kas negaranya. Dalam wawancara dengan BBC, presiden baru negara Afrika itu menggambarkan kondisi perbendaharaan negaranya "benar-benar kosong".
Menurutnya, "lubangnya (defisit keuangan) jauh lebih besar dari yang kami harapkan" dan situasi utang belum "diungkapkan sepenuhnya" oleh pemerintah sebelumnya. "Sayangnya, ada banyak kerusakan," kata Hichilema.
Lebih lanjut Hichilema mengatakan bahwa pemerintahnya akan menunjukkan "toleransi nol" terhadap korupsi, dan akan segera menyelesaikan apa yang dia sebut sebagai pergerakan dana ilegal.
"Saya tidak ingin mendahului, tetapi apa yang kami ambil (pemerintahan) mengerikan. Anda mungkin merasa tidak ada yang bisa melakukan hal seperti itu (korupsi besar-besaran), tapi itu sudah terjadi. Orang-orang telah melakukannya. Mereka masih mencoba melakukan sesuatu sekarang," kata Hichilema.
Untuk mengatasi masalah krisis tersebut, Hichilema telah menunjuk ekonom dan mantan penasihat Dana Moneter Internasional (IMF) Situmbeko Musokotwane sebagai menteri keuangan.