Djawanews.com – Semua orang pasti pernah mengalami stres bahkan hingga depresi. Untuk kurangi stres, beberapa orang melampiaskannya dengan makan atau ngemil. Namun, apakah cara tersebut efekti untuk kurangi bahkan atasi stres?
Dilansir dari Kumparan, tindakan ini disebut sebagai emotional eating yang dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan lapar emosional. Emotional eating adalah tindakan yang dilakukan untuk merespons emosi yang ditandai dengan bentuk koping disfungsional. Beberapa orang dengan anxiety disorder juga melakukan perilaku ini untuk mengurangi rasa cemas yang mereka hadapi.
Tahap Emotional Eating
- The Trigger
Peristiwa atau situasi pengalaman pribadi dapat menyebabkan reaksi emosional terhadap stres atau rasa sakit, seperti kekecewaan, tetapi tidak akan melampiaskannya secara langsung. Mereka yang berada di tahap ini hanya akan menutup rasa sakitnya. Jenis respons emosional yang mengarah pada hal ini bervariasi dari orang ke orang dan tergantung pada tingkat ketakutan dan kecemasan setiap orang. Misalnya, kalian putus dari pacar kalian, kalian memilih untuk mengurung diri dan menjauh dari teman-teman.
- The Cover Up
Saat seseorang mulai merasa tidak nyaman dengan perasaan emosional mereka, mereka menghindarinya dengan mencari kesenangan sementara untuk menekan perasaan mereka. Misalnya, setelah dua minggu kalian putus dari pacar kalian, kalian mulai merasa sudah tidak mampu lagi menahan rasa sakit hati, sehingga kalian memilih untuk ngemil donat.
- The False Bliss
Berangkat dari tahap sebelumnya, orang tersebut merasakan kenyamanan. Makanan tersebut ternyata memberikan sensasi bahwa segalanya akan baik-baik saja. Misalnya, dari contoh cerita sebelumnya, kalian mulai merasa tenang dengan ngemil donat. Kalian mulai mengasumsikan donat dapat mengurangi rasa sakit hati dan membantu kalian untuk melupakan mantan pacar.
- The Hang-over
Kenyamanan yang dirasakan pada fase the false bliss bersifat temporal. Ketika seseorang sudah memasuki tahap ini, orang tersebut akan merasa bersalah dan menyesal karena makan berlebihan (respons emosional) atau karena makan terlalu banyak membuat orang itu akan merasa mual dan sakit pada perutnya. Misalnya, kenyamanan yang kalian dapatkan dari makan donat, membuat kalian mengonsumsi donat terlalu banyak, tetapi kalian akhirnya sadar dan segera menyesal karena sudah mengonsumsi donat terlalu banyak. Kalian mulai merasa ingin muntah dan takut jika suatu saat tubuh kalian akan gemuk.
Penyebab Emotional Eating
Emosi negatif seringkali mendorong seseorang utnuk makan, bukan karena lapar. Orang akan mengalihkan dirinya dari pikiran atau emosi negatif dengan makan. Selain itu, emotional eating juga dilakukan untuk kurangi stres yang dialami. Karena, makan mampu membuat kesenangan dari konsumsi makanan karena kualitasnya.
Oleh karena itu, hindari perilaku emotional eating ini untuk kurangi stres dan dpresi. Pasalnya, banyak dampak buruk, selain berat badan naik, mungkin seseorang bisa terkena diabetes karena perilaku tersebut.
Ingin tahu informasi mengenai kesehatan lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews.