Djawanews.com - China resmi meluncurkan rencana aksi tiga tahun untuk memperkuat pengembangan penyimpanan energi baru. Program ini ditargetkan mampu menjaga stabilitas sistem tenaga nasional hingga 2027.
Berdasarkan data Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) dan Administrasi Energi Nasional, kapasitas penyimpanan energi terpasang diproyeksikan menembus 180 juta kilowatt. Investasi langsung yang disiapkan pun tidak tanggung-tanggung, mencapai 250 miliar yuan atau setara 35,2 miliar dolar AS.
Rencana aksi tersebut berisi 21 langkah strategis, termasuk inovasi teknologi, standardisasi, penguatan SDM, hingga kolaborasi global. Semua diarahkan untuk mempercepat transisi menuju energi hijau dan rendah karbon.
Penyimpanan Energi Baru Jadi Fokus Rencana Aksi 2025–2027
Hingga akhir 2024, kapasitas terpasang penyimpanan energi baru di China sudah mencapai 73,76 juta kilowatt. Angka ini dipastikan melonjak signifikan dalam tiga tahun ke depan.
Kebijakan ambisius tersebut diyakini menciptakan efek berantai positif bagi sektor energi dunia. Industri teknologi, mulai dari baterai hingga jaringan listrik pintar, diperkirakan ikut terdorong berinovasi.
China pun membuka ruang kerja sama internasional dengan berbagai lembaga riset. Sinergi ini menjadi langkah penting dalam memperkuat ekosistem energi global yang lebih berkelanjutan.
Rencana aksi penyimpanan energi baru 2025–2027 menunjukkan keseriusan China memimpin revolusi energi hijau dunia. Dengan investasi raksasa dan target kapasitas besar, strategi ini akan memperkuat posisi China sebagai pionir teknologi energi sekaligus menginspirasi negara lain menuju transisi berkelanjutan.
Demikian informasi seputar penyimpanan energi baru di China. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Djawanews.com.