Djawanews.com - Hidup Sohail Pardis berakhir di tangan milisi Taliban. Dia dipenggal kepalanya setelah ketahuan selama ini bekerja sebagai penerjemah bagi pasukan militer AS di Afghanistan.
Dilansir dari CNN, Jumat 23 Juli, Sohail Pardis sedang mengemudi dari rumahnya di Kabul ke provinsi Khost untuk menjemput saudara perempuannya. Mereka bermaksud untuk merayakan liburan Idul Fitri.
Seharusnya ini akan menjadi suasanya yang menggembirakan bersama keluarga pada 12 Mei silam. Tapi saat Pardis melewati padang pasir, kendaraannya diblokir di sebuah pos pemeriksaan oleh geriliawan Taliban.
Beberapa hari sebelumnya, Pardis pernah bercerita kepada temannya, dia menerima ancaman pembunuhan dari Taliban. Dia terdeteksi bekerja sebagai penerjemah untuk Angkatan Darat Amerika Serikat selama 16 bulan.
"Mereka mengatakan kepadanya bahwa Anda adalah mata-mata Amerika, Anda adalah mata Amerika dan Anda kafir, dan kami akan membunuh Anda dan keluarga Anda," kata teman dan rekan kerjanya Abdulhaq Ayoubi kepada CNN.
Saat mendekati pos pemeriksaan, Pardis menginjak pedal gas untuk melaju kencang berusaha melewati pemeriksaan. Tapi usahanya sia-sia.
Penduduk desa yang menyaksikan insiden itu bercerita, Taliban menembak mobil Pardis hingga membuatnya berhenti. Sejurut kemudian mereka melihat Pardis diseret keluar dari kendaraan dan memenggalnya.
Pardis adalah salah satu dari ribuan penerjemah Afghanistan yang bekerja untuk militer AS dan sekarang menghadapi penganiayaan oleh Taliban, karena kelompok itu menguasai petak-petak yang lebih luas di negara itu.
Sekitar 18.000 warga Afghanistan yang bekerja untuk militer AS telah mengajukan program Visa Imigran Khusus yang memungkinkan mereka pergi ke Amerika Serikat.
Pada 14 Juli, Gedung Putih meluncurkan 'Operasi Pengungsi Sekutu' sebagai upaya untuk merelokasi ribuan penerjemah dan penerjemah Afghanistan yang bekerja untuk AS yang hidupnya terancam.
Evakuasi akan dimulai pada minggu terakhir bulan Juli untuk pemohon Visa Imigran Khusus (SIV) yang sudah dalam proses.