Djawanews.com – Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, kini menggunakan sistem pendingin terbesar di dunia untuk menghadirkan kenyamanan bagi lebih dari satu juta jemaah haji yang memadati kawasan suci di tengah teriknya musim panas.
Rangkaian ibadah haji tahun ini dimulai pada Rabu. Meski cuaca diperkirakan panas, otoritas Arab Saudi menjamin pelaksanaan ibadah berlangsung aman.
Menurut laporan Kantor Berita Saudi (SPA), sistem pendingin yang dioperasikan memiliki kapasitas hingga 155.000 ton pendingin. Dengan sistem ini, suhu di dalam Masjidil Haram dijaga antara 22°C hingga 24°C, dikutip dari The National News 4 Juni.
Dua stasiun pendingin utama akan memompa udara di sekitar masjid – stasiun Shamiya, dengan kapasitas 120.000 ton, dan stasiun Ajyad berkapasitas 35.000 ton, SPA melaporkan, mengutip Otoritas Umum untuk Perawatan Urusan Masjidil Haram.
"Upaya ini merupakan bagian dari visi komprehensif yang ditujukan untuk meningkatkan pengalaman peziarah dan menyediakan tingkat kenyamanan dan ketenangan tertinggi selama pelaksanaan ritual, terutama mengingat kondisi cuaca yang berpotensi buruk," SPA menambahkan.
Otoritas Saudi mengatakan tahun lalu bahwa 1.300 jemaah haji meninggal saat suhu mencapai 50°C. Banyak yang tidak terdaftar dan tidak memiliki akses ke tenda dan bus ber-AC.
Hingga Jumat pekan lalu, lebih dari 1,3 juta jemaah telah tiba di Arab Saudi, kata para pejabat. Sementara, suhu minggu ini diperkirakan akan melebihi 40°C.
Lebih dari 40 lembaga pemerintah dan 250.000 pejabat Arab Saudi akan bekerja untuk memastikan keselamatan para jemaah.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi telah memperingatkan siapa pun yang mencoba melakukan haji tanpa izin akan dikenai denda hingga 20.000 riyal. Mereka yang mengizinkan jemaah haji ilegal untuk pergi ke Mekkah akan dikenai denda yang lebih tinggi. Orang asing yang melanggar aturan tersebut dapat dilarang memasuki Arab Saudi selama 10 tahun.
Pemerintah Arab Saudi diketahui telah membangun infrastruktur baru untuk meningkatkan keselamatan para jemaah haji.
Sistem kuota bagi pengunjung Mekkah diperkenalkan pada tahun 1987, yang disetujui oleh negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk membatasi jumlah jamaah yang diizinkan oleh setiap negara hingga 0,1 persen dari populasinya.
Tahun ini, kecerdasan buatan akan digunakan oleh otoritas untuk memantau data dan video, dengan armada pesawat nirawak baru yang akan terbang di atas Mekkah, untuk membantu mengelola kerumunan.